Berhaji & Umrah dengan Perencanaan Keuangan
Anda
Ingin Mewujudkan Cita-cita Berhaji? Ikuti 5 langkah Perencanaan
Keuangan berikut;
Hari Raya Idul Adha menjadi kesan tersendiri bagi umat Islam. Betapa tidak, selain fokus perhatian pada peristiwa perayaan kurban dimasing-masing daerah, juga pandangan diarahkan ke Baitullah dan sekitarnya, dimana pelaksanaan haji sedang dilangsungkan. Jika Anda merindukan dapat mengunjungi baitullah. Berikut 5 langkah perencanaan keuangan umrah (cara ini juga bisa digunakan untuk merencanakan keuangan haji, kurban, mudik, investasi pendidikan anak, modal usaha, dll)
Dari
tahun ke tahun, antusiasme masyarakat Indonesia untuk berhaji semakin
tinggi, terutama di kalangan taraf ekonomi mapan. Hal ini terlihat dari
daftar waiting-list haji yang sudah penuh hingga dua atau empat
tahun ke depan. Pendaftaran calon haji tahun 2010 dialokasikan untuk
keberangkatan tahun 2012 sampai 2014. Artinya, pendaftar haji tidak akan
bisa langsung merealisasikan niatnya ke Tanah Suci (kecuali Allah
menghendaki lain, termasuk upaya memanfaatkan kuota ONH Plus).
Perjalanan
haji banyak memberikan kesan, rasa penasaran, dan menarik diceritakan.
Betapa tidak, “undangan spesial” tersebut menaruh kesan tersendiri bagi
setiap orang. Secara garis besar, yang berhaji itu dibagi dalam 3
kelompok;
Kelompok
pertama,
berangkat dengan visa umrah dan menyengaja melampaui batas waktu ijin
tinggal, atau datang untuk bekerja ilegal dan mengumpulkan uang sampai
musim haji tiba. Setelah ikut ritual haji, mereka sengaja menghilangkan
semua identitas termasuk paspor dengan harapan dapat berurusan dengan
pihak berwajib atau tertangkap. Ada yang sampai berurusan dengan
penjara. Akhirnya mereka dipulangkan oleh pemerintah Arab Saudi ke
pemerintah negara masing-masing jika tidak bisa pulang sendiri.
Kelompok
kedua,
ialah yang suka disebut haji koboy. Jamaah haji ini tidak terdaftar
sebagai Jamaah Haji, dulu sebelum diberlakukan paspor hijau, jamaah dari
Indonesia menggunakan paspor hijau. Mereka yang dari daratan Arab Saudi
dan sekitarnya, mereka memasuki kota Makkah tidak melalui check point.
Mereka tidak lewat jalan biasa, tapi menerobos melalui “jalan tikus”
untuk menghindari aparat. Tujuan utama Kota Makkah, jika sudah masuk
kota Makkah lebih bisa leluasa baik ke Arafah atau Mina. Pengamanan
tidak terlalu ketat untuk masalah administrasi.
Kelompok
ini konon menghabiskan biaya 600-700 reyal untuk menjadi haji, mungkin
dengan cara patungan untuk nyewa transportasi, mencari pondokan murah
atau membuat tenda sendiri. Kalaupun ditangkap aparat, paling disuruh
balik ke tempat asalnya, seperti kelompok yang ketiga
Kelompok
ketiga, jamaah
haji resmi dan mendaftar. Artinya terdaftar di Kementrian Urusan Haji
Arab Saudi sebagai Jamaah Haji, makanya sebelum masuk kota Makkah, ada
pemeriksaan ketat terhadap semua yang akan memasuki kota Makkah.
Pemeriksaan
kelengkapan surat surat orang per orang dicek dengan teliti, diperiksa
ulang dengan menghitung jumlah penumpang bis atau penumpang kendaraan
lainnya. Segera ketika memasuki kota Makkah, pasti berurusan dahulu
dengan kantor Maktab, dimana semua Jamaah Haji yang terdaftar, diberi
semacam kartu KTP, Kartu Maktab. Dan kantor Maktab inilah yang akan
mengurus segalanya, pokoknya semua keperluan Jamaah Haji, mereka yang
mengurus. Beberapa Maktab tergabung dalam satu Muassassah.
Untuk
Jamaah Haji jenis ini, pelayanannya sudah disediakan, baik pemondokan,
transportasi, tenda, makanan
dibeberapa tempat, urusan barang bawaan, bahkan pelayanan gratis untuk
urusan kesehatan. Untuk
menjadi jamaah haji resmi, bahkan penduduk Arab Saudi sendiri dan juga
pemukim di Arab Saudi, harus mendaftar. Mereka boleh berhaji hanya
setiap 5 tahun, dan untuk keperluan berhaji ini, rata rata dibutuhkan
antara 2000-3000 reyal per kepala.
Kelompok
ketiga tersebut yang akan dibahas dalam tulisan
ini. Umumnya kelompok ketiga ini mempersiapkan haji secara terencana,
walaupun pada prakteknya tak sedikit rencana dilakukan secara spontan,
yakni dilakukan tidak dengan target waktu dan investasi sesuai
perhitungan. Artinya dana yang disisihkan dan investasi yang dilakukan
sesuai dengan langkah-langkah perencanaan keuangan. Ada juga
keinginan yang begitu besar namun tidak tahu harus bagaimana
mewujudkannya, sehingga harapannya “berhaji gratis” atau dapat hadiah
dengan melakukan amalan-amalan tertentu.
Kedua kompok ini masuk kategori berhaji dengan rencana namun spontan.
Nah,
kali ini bahasan lebih spesifik pada haji yang terencana dengan
langkah-langkah perhitungan yang rinci, baik dari kesiapan keuangan,
waktu, bentuk investasi,
maupun langkah-langkah perencanaan keuangan yang lazim digunakan
profesional membantu kliennya mewujudkan salah satu tujuan keuangan.
Mudah-mudahan langkah ini dapat membantu masyarakat membuka paradigma
cara berhaji.
Kalau
diperhatikan, dahulu saudara-saudara kita pergi haji
dengan menjual tanah, emas, atau hewan ternak. Kareanya, mereka
pun sibuk mengumpulkan ketiga jenis barang tersebut yang secara langsung
telah dianggap sebagai investasi. Ya, tanah, emas, dan hewan ternak
dapat dikatakan sebagai investasi karena memiliki nilai (finansial) yang
senantiasa naik atau setidaknya tidak habis dimakan waktu. Lantas
bagaimana berhaji & umrah dengan perencanaan keuangan? Berikut
lima langkah perencanaan
keuangan
yang dapat Anda ikuti untuk mulai berinvestasi haji
(dapat juga digunakan untuk perencanaan umrah dan investasi lainnya).
Langkah
1
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa kisaran dana haji (dalam rupiah) saat ini
adalah sebesar Rp. 35.000.000,- untuk biaya penyelenggaraan haji dan Rp.
15.000.000,- untuk biaya tambahan (proses mulai dari berangkat ke Tanah
Suci hingga kembali lagi ke Tanah Air). Jadi, total biaya haji per
orang diperkirakan Rp. 50.000.000,- (untuk haji reguler) dengan
memperhitungkan inflasi atau kenaikan biaya setiap tahunnya rata-rata
10%, tentunya beberapa tahun kedepan tidak sama lagi.
Komponen
biaya haji yang utama adalah mata uang asing yaitu US$ untuk tiket
pesawatnya dan Saudi Riyal untuk biaya hidup selama di sana. Karena uang
kita Rupiah, maka perencanaan ibadah haji menggunakan uang Rupiah
mempunyai setidaknya dua masalah, yaitu faktor inflasi (kenaikan
harga-harga konsumsi) dan faktor nilai tukar. Karena
dua faktor inilah maka biaya ibadah haji kita dalam Rupiah memiliki
kecenderungan meningkat dari tahun ketahun. Untuk itulah diperlukan
kecerdasan finansial dalam berinvestasi.
Langkah
2
Lihat
situasi keuangan saat ini.
Pada tahap ini, berusahalah untuk realistis dengan melihat berapa dana
yang bisa disisihkan secara rutin untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Jika dana yang disisihkan terlalu kecil, maka solusinya hanya ada dua. Pertama,
meningkatkan kinerja investasi lebih tinggi (dari yang diperhitungkan
di langkah 3) dan kedua, menambah waktu investasi (menunda
tujuan). Begitu pun jika hasil yang diharapkan (keuntungan investasi)
kurang dari yang diharapkan (seperti yang diperhitungkan di langkah 3),
maka tidak lain solusinya adalah dengan menaikan jumlah dana yang
disisihkan untuk investasi atau menambah waktu investasi.
Langkah
3
Menghitung
dan mempersiapkan investasi.
Misalnya setelah menyusun seluruh keperluan sesuai langkah 1,
diperkirakan dana yang dibutuhkan mencapai Rp. 50.000.000,-. Jika
biaya tersebut naik rata-rata 10% setiap tahunnya (angka ini tidak mutlak,
bisa lebih besar/ lebih kecil. Diambil dari rata-rata), maka 10 tahun
kemudian dana yang dibutuhkan menjadi sebesar Rp. 129.687.123,-.
Kita
memang tidak bisa memperkirakan dengan pasti berapa jumlah biaya haji/
umrah 10 tahun ke depa. Yang bisa kita lakukan adalah dengan menggunakan
asumsi tertentu dan berharap supaya pengandaian tersebut tidak meleset.
Sebagai contoh, kita bisa menggunakan asumsi bahwa setiap tahun biaya haji/
umrah
akan selalu naik 10%.
Dengan demikian, kalau biaya pada saat ini adalah Rp 50 juta, tahun
depan bisa diperkirakan bahwa uang tersebut akan menjadi Rp55.00.000,.
Dari mana angka itu didapat? Gampang: Rp50 juta + (10% x Rp 50 juta)
Sebetulnya,
selain cara tersebut, Anda juga bisa memakai rumus: Rp50 juta x 1,1.
Lho, kok 1,1? Dapat dari mana itu? Oh, itu sih cuma matematika
sederhana. 1,1 kan sama dengan 10% di atasnya 100%. Jadi, 1,1 itu adalah
bentuk desimal agar Anda lebih cepat dalam melakukan perkalian
memperkirakan jumlah kenaikan 10%, jika 20% per tahun, Anda bisa
menggunakan bentuk desimal 1,2. Jika 30% per tahun, gunakan bentuk
desimal 1,3 dan seterusnya. Namun perlu dicatat bahwa angka tersebut
baru 1 tahun, bila lebih dari 1 tahun maka harus dikalikan sebanyak
jumlah tahunnya, dalam istilah matematika disebut pangkat.
Dapat juga
menggunakan rumus inflasi (kenaikan biaya/ harga); (1+k)ⁿ
k = kenaikan
biaya yang diperkirakan (bulanan/ tahunan)
n = pangkat
jumlah waktu (bulan/ tahun)
Penjelasan;
Misal untuk kenaikan biaya 5
tahun ke depan dengan rata-rata 10% per tahun, maka (1+0,1) x (1+0,1) x dst (5 kali) atau (1+0,1) pangkat 5. Maka akan
didapat faktor pengkali 1,61,
artinya jika seluruh biaya yang dihitung saat ini diperkirakan naik 10%
per tahun, 5 tahun kedepan
menjadi naik 1,61 kali. Atau
menggunakan kalkulator biasa dengan memijit angka dasar kenaikan 1,1,
kemudian pijit x atau kali, dan pijit = atau sama dengan
(sesuai jumlah waktu kenaikan bulanan/ tahunan, dikurangi 1 kali),
contoh untuk kenaikan 10% (angka dasar 1,1 =100%+10%), untuk 5 (lima) tahun cukup pijit 1,1 kemudian
pengkali dan sama dengan 4 kali.
Setelah
mendapat jumlah dana yang harus dicapai, maka langkah selanjutnya
adalah menentukan berapa dana yang harus disisihkan. Ada dua
cara yang dapat kita ambil, yaitu sekaligus bayar di muka (lump-sum)
atau dicicil. Contoh,
jika perkiraan dana yang dibutuhkan adalah Rp. 130 juta untuk 10 tahun
kedepan. Bila keuntungan investasi yang akan diperoleh diperkirakan 30%
setahun, maka pada awal tahun dana investasi yang harus disediakan
adalah kurang lebih Rp. 9,5 juta atau
dicicil Rp. 3,5
juta per tahun (Rp. 260 ribu per
bulan.
Angka
tersebut didapat dengan membagi perkiraan jumlah biaya dimasa yang akan
datang
(130 juta)
menggunakan
rumus pembagi investasi rutin (bulanan/tahunan) [(1+k)ⁿ
-1] : k atau investasi lump sum (1+k)ⁿ
k =
keuntungan investasi yang diharapkan (bulanan/tahunan)
n =
pangkat jumlah waktu (bulan/tahun)
Atau
menggunakan kalkulator biasa dengan memijit angka dasar keuntungan 1,3
(1+30%) kemudian pijit
x
(kali) dan pijit = (sama dengan) sesuai jumlah waktu (bulanan/
tahunan) dikurangi 1 lalu dibagi 0,3 (30%). Contoh
untuk keuntungan 30%
(angka dasar 1,3 =100%+30%), untuk 10 tahun cukup pijit 1,3 kemudian
kali, lalu pijit sama dengan 9 kali, kemudian
kurang dengan angka 1 dan bagi dengan 0,3
(keuntungan 30%)
serta akhiri dengan pijit sama dengan.
Untuk
investasi
lump
sum
(sekaligus), untuk mendapat angka pembagi caranya sama dengan mendapat
angka pengkali pada inflasi, hanya % (prosentase) yang digunakan adalah
keuntungan investasi untuk waktu yang akan datang. Angka inilah yang
dijadikan sebagai pembagi perkiraan jumlah biaya dimasa yang akan
datang, angka ini dijadikan patokan pada awal tahun dana investasi yang
harus disediakan.
Langkah
4
Implementasi
investasi.
Memilih produk investasi merupakan langkah penting setelah mengantongi
prosentase keuntungan yang harus dicapai dan jumlah dana yang harus atau
siap disisihkan. Produk keuangan yang dipilih (baik tabungan, deposito,
emas, reksadana, obligasi, saham, dan lain sebagainya) harus sesuai
dengan target keuntungan dan jumlah minimal setoran. Misalnya jika
tertarik pada deposito tapi jumlah yang disisihkan per bulan tidak
memenuhi syarat, maka Anda harus mencari alternatif produk lainnya.
Demikian pula halnya ketika jumlah yang disisihkan
sesuai dengan syarat instrumen investasi namun keuntungan
yang diharapkan tidak sesuai, maka Anda harus mempertimbangkan ulang
pilihan produk tersebut. Hal ini dikarenakan Anda harus menambah jumlah
dana yang disetor jika tujuan ingin tercapai.
Cara
ini tidak berlaku untuk bentuk lain perencanaan haji, semisal MLM
(Multi Level Marketing) Haji-Umrah, Asuransi Haji, Dana Talangan Haji,
dan lain sebagainya.
Langkah
5
Lakukan
evaluasi dengan membandingkan hasil kinerja investasi dengan target
yang diharapkan. Jika terjadi ketidaksesuaian, segera lakukan koreksi
atau penyesuaian, baik merubah jumlah setoran atau mencari alternatif
investasi lain yang sesuai dengan target dalam perencanaan.
artikel ini sudah
dipublikasi diberbagai media, salah satunya;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar